Menanam Loyalitas Kader di Tengah Arus De-Ideologisasi Dunia Politik:Refleksi untuk Kader dan Pengurus PKB

Nas - Selasa, 05 Agustus 2025 06:09 WIB
Menanam Loyalitas Kader di Tengah Arus De-Ideologisasi Dunia Politik:Refleksi untuk Kader dan Pengurus PKB
 

H. Ahmad Jabidi Ritonga

Ketua LKP DPW PKB Sumatera Utara

Kader: Ujung Tombak Partai dalam Perjuangan Politik

Dalam tradisi gerakan politik yang berbasis nilai, kader adalah aktor kunci yang menjaga nyala semangat perjuangan. Dalam konteks Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), kaderbukan sekadar anggota biasa, melainkan pejuang politik yang telah dibina secara ideologis, organisatoris, dan moral-spiritual. Ia memikul tanggung jawab untuk meneruskan cita-cita besar para pendiri bangsa, ulama, dan masyarakat akar rumput yang menjadi basis kekuatan utama partai ini. Kader PKB harus memahami bahwa kehadirannya bukan hanya untuk mengisi kursi kekuasaan, tetapi untuk menunaikan amanah perjuangan: membumikan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama'ah, memperkuat kebangsaan, dan memperjuangkan keadilan sosial. Oleh karena itu, posisi kader dalam tubuh partai ibarat darah dalam tubuh manusia: vital, dinamis, dan menentukan arah gerak kehidupan partai. Peran Strategis Kader dalam Menjaga Jati Diri Partai Dalam realitas politik yang semakin kompetitif dan pragmatis, peran kader menjadi semakin penting, bahkan menentukan. Di satu sisi, kader adalah pelaksana program

partai, penggerak massa, penyambung lidah konstituen, sekaligus pembina organisasi. Disisi lain, kader adalah benteng ideologis partai—ia menjaga agar orientasi politik tidakkeluar jalur dari nilai-nilai dasar yang menjadi fondasi PKB: keislaman, kebangsaan, kerakyatan, dan keadilan.Kader yang loyal tidak hanya patuh kepada instruksi struktural, tetapi juga memiliki kesadaran ideologis—ia tahu untuk apa dirinya berjuang, siapa yang ia wakili, dan nilai apa yang sedang ia tegakkan. Di tengah politik yang makin transaksional, kehadiran kaderyang kokoh secara ideologis menjadi penentu apakah partai mampu bertahan dalam jangka panjang, atau hanya menjadi kendaraan sesaat bagi kepentingan elektoral.

Tantangan Besar: De-Ideologisasi Politik dan Kaderisasi yang Rapuh Kita hidup di tengah zaman yang mengalami de-ideologisasi—suatu kondisi ketika ideologi tidak lagi menjadi pijakan utama dalam gerakan politik. Partai-partai cenderung mengabaikan nilai dasar perjuangan dan lebih menekankan pada popularitas tokoh,strategi media, dan logika elektoral. Kaderisasi pun tak jarang berubah menjadi kegiatanformalitas, tanpa penanaman nilai dan cita-cita.

Tantangan ini juga menyentuh partai berbasis nilai seperti PKB. Banyak kader muda yang masuk partai dengan semangat tinggi, tetapi kehilangan arah karena tidak mendapatkan pendampingan ideologis yang memadai. Mereka aktif di lapangan, tapi tidak memahami ruh perjuangan. Mereka giat dalam kampanye, tapi tidak menjiwai gagasan-gagasan dasarpartai. Ini adalah masalah serius yang harus dijawab secara struktural dan kultural

kaderisasi. Politik uang, politik pencitraan, dan loyalitas semu membuat kader lebih berpikir soal "apa yang saya dapat" daripada "apa yang saya perjuangkan". Akibatnya, kita menyaksikan fenomena kader musiman—aktif menjelang pemilu, lalu menghilang setelahnya. Konteks PKB: Ideologi yang Kaya, Tapi Sering Terlupakan Sebagai partai yang lahir dari rahim Nahdlatul Ulama (NU), PKB memiliki kekayaan ideologis yang sangat mendalam. Gagasan hubbul wathan minal iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman), Islam Nusantara, dan komitmen kebangsaan yang inklusif, seharusnya menjadi bahan bakar utama dalam pembinaan kader. Namun dalam praktiknya, tidak semua struktur partai mampu mentransformasikan nilainilai ini ke dalam sistem kaderisasi yang sistematis dan berkelanjutan. Akibatnya, sebagian kader PKB lebih mengenal jargon kampanye daripada pemikiran para ulama pendiri bangsa. Mereka hafal prosedur pemilu, tapi asing terhadap prinsip tasamuh, tawazun, dan ta'addudiyah yang menjadi karakter keislaman dalam tradisi NU. Membangun Loyalitas Kader: Jalan yang Tidak Instan Membangun kader loyal bukanlah pekerjaan instan. Ia memerlukan proses panjang,bertahap, dan konsisten. Untuk itu, ada beberapa langkah strategis yang bisa diperkuat ditubuh PKB:

1. Revitalisasi Kaderisasi IdeologisKaderisasi tidak boleh hanya bersifat teknis dan administratif. Harus adapenguatan pendidikan politik yang menanamkan nilai-nilai Islam rahmatan lil 'alamin, ke-NU-an, dan keindonesiaan. Sekolah partai harus menjadi ruang transformasi kesadaran, bukan sekadar pembekalan prosedural.

2. Penguatan Identitas Kolektif Kader PKB Kader perlu merasa menjadi bagian dari sejarah besar perjuangan umat dan bangsa. Narasi besar tentang peran NU dalam kemerdekaan, kontribusi pesantren dalam pendidikan, serta peran PKB dalam memperjuangkan rakyat kecil harus menjadi bagian dari formasi identitas kader.

3. Teladan dari Elit PartaiTidak akan lahir kader loyal jika para pimpinan partai justru menunjukkan sikap pragmatis, eksklusif, atau jauh dari akar rumput. Teladan adalah bahasa yang paling didengar oleh kader. Elit harus menjadi inspirasi, bukan sekadar komando.

4. Konektivitas antara Struktur dan BasisLoyalitas tumbuh dari kedekatan emosional dan ideologis antara kader denganrakyat. Maka, kader PKB harus selalu dekat dengan masjid, pesantren, petani, buruh, dan kelompok marginal lainnya. Kegiatan politik harus selaras dengangerakan sosial.

5. Relevansi Gagasan dengan Isu ZamanKader muda harus diajak berdialog dengan isu-isu zaman: digitalisasi, krisis ekologi, ketimpangan sosial, intoleransi, hingga perubahan budaya generasi. Ideologi PKB harus dibumikan dalam bahasa yang dipahami generasi baru.

Kesimpulan

Meneguhkan Loyalitas di Tengah Arus Kita tidak bisa menutup mata terhadap gelombang de-ideologisasi yang melanda dunia politik. Tapi sebagai kader dan pengurus PKB, kita justru harus menjadikan tantangan ini sebagai momen untuk menegaskan jati diri. Di tengah badai pragmatisme, kita harusmenjadi nahkoda yang menuntun arah. Di tengah pasar politik yang ramai dengan transaksi, kita harus menjadi penjaga nilai.Loyalitas bukanlah hasil iming-iming, tetapi buah dari proses pembinaan, peneladanan, dan penghayatan nilai-nilai luhur. PKB memiliki semua bahan untuk itu—tinggal bagaimana kita, sebagai kader dan pengurus, sungguh-sungguh menjadikannya kekuatan hidup dalam gerakan politik. Mari kita teguhkan komitmen untuk menjadi kader-kader yang tidak hanya loyal pada struktur, tapi juga setia pada perjuangan. Karena sesungguhnya, politik tanpa loyalitas adalah gerakan tanpa ruh. Dan partai tanpa kader ideologis adalah tubuh tanpa jiwa.***

Ayo baca konten menarik lainnya dan follow kami di Google News

Editor

: Ismail Nasution

Sumber

:

SHARE:

   

Tags

LoyalitaskaderPkb

beritaTerkait

PKB Sumut Gelar Pendidikan Instruktur, Siapkan Kader Hadapi Pemilu Mendatang

Rahmat Shah Menyematkan Pin PKBSI kepada Walikota

Tinjau Pelaksanaan Giat Posyandu Motivasi Kader Posyandu Agar Tetap Semangat Memberikan Pelayanan

325 CPNS dilantik Bersamaan 1.261 P3K, Bupati Saipullah Nasution : Jaga Etika, Kedisiplinan dan Loyalitas

Hadiri Pelantikan DPAC PKB Se Langkat, Iskandar Sugito- Adli Sembiring Disambut Sholawat

DPC PKB Langkat Lantik DPAC, Konsolidasi dan Pemenangan Pilkada 2024

komentar

Oleh : H. Ahmad Jabidi Ritonga

Ketua LKP DPW PKB Sumatera UtaraKader: Ujung Tombak Partai dalam Perjuangan Politik

Dalam tradisi gerakan politik yang berbasis nilai, kader adalah aktor kunci yang menjaganyala semangat perjuangan. Dalam konteks Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), kaderbukan sekadar anggota biasa, melainkan pejuang politik yang telah dibina secaraideologis, organisatoris, dan moral-spiritual. Ia memikul tanggung jawab untukmeneruskan cita-cita besar para pendiri bangsa, ulama, dan masyarakat akar rumputyang menjadi basis kekuatan utama partai ini.Kader PKB harus memahami bahwa kehadirannya bukan hanya untuk mengisi kursikekuasaan, tetapi untuk menunaikan amanah perjuangan: membumikan nilai-nilai IslamAhlussunnah wal Jama’ah, memperkuat kebangsaan, dan memperjuangkan keadilansosial. Oleh karena itu, posisi kader dalam tubuh partai ibarat darah dalam tubuhmanusia: vital, dinamis, dan menentukan arah gerak kehidupan partai.Peran Strategis Kader dalam Menjaga Jati Diri Partai Dalam realitas politik yang semakin kompetitif dan pragmatis, peran kader menjadisemakin penting, bahkan menentukan. Di satu sisi, kader adalah pelaksana programpartai, penggerak massa, penyambung lidah konstituen, sekaligus pembina organisasi. Disisi lain, kader adalah benteng ideologis partai—ia menjaga agar orientasi politik tidakkeluar jalur dari nilai-nilai dasar yang menjadi fondasi PKB: keislaman, kebangsaan,kerakyatan, dan keadilan. Kader yang loyal tidak hanya patuh kepada instruksi struktural, tetapi juga memiliki kesadaran ideologis—ia tahu untuk apa dirinya berjuang, siapa yang ia wakili, dan nilaiapa yang sedang ia tegakkan. Di tengah politik yang makin transaksional, kehadiran kaderyang kokoh secara ideologis menjadi penentu apakah partai mampu bertahan dalamjangka panjang, atau hanya menjadi kendaraan sesaat bagi kepentingan elektoral.Tantangan Besar: De-Ideologisasi Politik dan Kaderisasi yang Rapuh Kita hidup di tengah zaman yang mengalami de-ideologisasi—suatu kondisi ketika ideologi tidak lagi menjadi pijakan utama dalam gerakan politik. Partai-partai cenderungmengabaikan nilai dasar perjuangan dan lebih menekankan pada popularitas tokoh,strategi media, dan logika elektoral. Kaderisasi pun tak jarang berubah menjadi kegiatanformalitas, tanpa penanaman nilai dan cita-cita.Tantangan ini juga menyentuh partai berbasis nilai seperti PKB. Banyak kader muda yangmasuk partai dengan semangat tinggi, tetapi kehilangan arah karena tidak mendapatkanpendampingan ideologis yang memadai. Mereka aktif di lapangan, tapi tidak memahamiruh perjuangan. Mereka giat dalam kampanye, tapi tidak menjiwai gagasan-gagasan dasarpartai. Ini adalah masalah serius yang harus dijawab secara struktural dan kulturalkaderisasi. Politik uang, politik pencitraan, dan loyalitas semu membuat kader lebihberpikir soal “apa yang saya dapat” daripada “apa yang saya perjuangkan”. Akibatnya, kitamenyaksikan fenomena kader musiman—aktif menjelang pemilu, lalu menghilangsetelahnya.

Konteks PKB: Ideologi yang Kaya, Tapi Sering TerlupakanSebagai partai yang lahir dari rahim Nahdlatul Ulama (NU), PKB memiliki kekayaanideologis yang sangat mendalam. Gagasan hubbul wathan minal iman (cinta tanah airadalah bagian dari iman), Islam Nusantara, dan komitmen kebangsaan yang inklusif,seharusnya menjadi bahan bakar utama dalam pembinaan kader.Namun dalam praktiknya, tidak semua struktur partai mampu mentransformasikan nilainilai ini ke dalam sistem kaderisasi yang sistematis dan berkelanjutan. Akibatnya,sebagian kader PKB lebih mengenal jargon kampanye daripada pemikiran para ulamapendiri bangsa. Mereka hafal prosedur pemilu, tapi asing terhadap prinsip tasamuh,tawazun, dan ta’addudiyah yang menjadi karakter keislaman dalam tradisi NU.Membangun Loyalitas Kader: Jalan yang Tidak Instan

Membangun kader loyal bukanlah pekerjaan instan. Ia memerlukan proses panjang,bertahap, dan konsisten. Untuk itu, ada beberapa langkah strategis yang bisa diperkuat ditubuh PKB:

1. Revitalisasi Kaderisasi IdeologisKaderisasi tidak boleh hanya bersifat teknis dan administratif. Harus ada penguatan pendidikan politik yang menanamkan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin, ke-NU-an, dan keindonesiaan. Sekolah partai harus menjadi ruang transformasi kesadaran, bukan sekadar pembekalan prosedural.

2. Penguatan Identitas Kolektif Kader PKBKader perlu merasa menjadi bagian dari sejarah besar perjuangan umat dan bangsa. Narasi besar tentang peran NU dalam kemerdekaan, kontribusi pesantren dalam pendidikan, serta peran PKB dalam memperjuangkan rakyat kecil harusmenjadi bagian dari formasi identitas kader.

3. Teladan dari Elit PartaiTidak akan lahir kader loyal jika para pimpinan partai justru menunjukkan sikappragmatis, eksklusif, atau jauh dari akar rumput. Teladan adalah bahasa yang paling didengar oleh kader. Elit harus menjadi inspirasi, bukan sekadar komando.

4. Konektivitas antara Struktur dan BasisLoyalitas tumbuh dari kedekatan emosional dan ideologis antara kader dengan rakyat. Maka, kader PKB harus selalu dekat dengan masjid, pesantren, petani, buruh, dan kelompok marginal lainnya. Kegiatan politik harus selaras dengangerakan sosial.

5. Relevansi Gagasan dengan Isu ZamanKader muda harus diajak berdialog dengan isu-isu zaman: digitalisasi, krisis ekologi, ketimpangan sosial, intoleransi, hingga perubahan budaya generasi. Ideologi PKB harus dibumikan dalam bahasa yang dipahami generasi baru.Kesimpulan

Meneguhkan Loyalitas di Tengah ArusKita tidak bisa menutup mata terhadap gelombang de-ideologisasi yang melanda duniapolitik. Tapi sebagai kader dan pengurus PKB, kita justru harus menjadikan tantangan inisebagai momen untuk menegaskan jati diri. Di tengah badai pragmatisme, kita harusmenjadi nahkoda yang menuntun arah. Di tengah pasar politik yang ramai dengantransaksi, kita harus menjadi penjaga nilai.Loyalitas bukanlah hasil iming-iming, tetapi buah dari proses pembinaan, peneladanan,dan penghayatan nilai-nilai luhur. PKB memiliki semua bahan untuk itu—tinggalbagaimana kita, sebagai kader dan pengurus, sungguh-sungguh menjadikannya kekuatanhidup dalam gerakan politik.Mari kita teguhkan komitmen untuk menjadi kader-kader yang tidak hanya loyal padastruktur, tapi juga setia pada perjuangan. Karena sesungguhnya, politik tanpa loyalitasadalah gerakan tanpa ruh. Dan partai tanpa kader ideologis adalah tubuh tanpa jiwa.***

Editor
: Nas
Sumber
:

Berita Terkait

Berita

Dukung Generasi Berkelanjutan, Maybank Indonesia Usung Tema ‘Literasi Hijau’ di Global CR Day 2025

Berita

15 Tahun Menanti, Bobby Nasution Jawab Keluhan Warga Bahorok

Berita

Fashion Show Para Penderita HIV/AIDS di Maria Monique Happy Room-105 Medan

Berita

Panen Raya Jagung di Asahan, Polres dan Forkopimda Dorong Swasembada Pangan

Berita

Pemprov Sumut Terus Dorong Optimalisasi PAD, UPTD Pematangsiantar Bisa Jadi Percontohan Sektor Pajak Kendaraan

Berita

Sekdaprov Sumut Tinjau RSJ Prof Ildrem, Dorong Peningkatan Layanan dan Ubah Stigma Publik