Robi Alfurqon Maherai.ist
GARDA .ID | Austin Syndrome” ; Apa yang salah dengan Dunia Pendidikan ?
(Sebuah sanggahan terhadap kekeliruan pandangan terhadap Pendidikan}
Robi Alfurqon Maherai
_______________________________________
Banyak yang pesimis dengan Eksistensi Dunia Pendidikan khususnya pendidikan tinggi pada beberapa tahun terakhir ini. Hal ini dimulai pada Tahun 2021 dimana saat Majalah Forbes merilis daftar Orang Terkaya dunia, yang diantaranya terdapat satu pemuda berusia
26 Tahun ; Austin Russell menjadi orang termuda, dan terkaya dengan kekayaan mencapai US$ 2,2 miliar atau sekitar Rp 31,46 triliun. Kemudaian beberapa minggu yang lalu tepatnya pada Tanggal 24 Februari 2024, terdapat salah satu penulis yang mungkin pengisi rubrik rutin di salah satu media online nasional yang cukup ternama di Indonesia, kembali merilis sosok austin russel.
Memang Seolah tidak ada yang salah dan masalah dengan pemberitaanpemberitaan tersebut, namun terdapat hal yang mengusik saya selaku pendidik dan konsultan pendidikan, dimana redaksi judul yang ditampilkan media online nasional tersebut adalah “Miliarder Termuda Dunia Bilang Tak Perlu Kuliah Untuk Sukses” dimana secara
klise bahwa para pembaca pasti dengan mudah dapat menduga apa yang menjadi pembahasan pada artikel tersebut, dan,, benar saja, isinya serupa dengan artikel-artikel yang sering mengisahkan biografi orang2 super sukses dunia,dimana tidak melalui dunia pendidikan bisa sukses, atau drop out dari kuliah sehingga bisa sukses, dll.
Oleh sebab itu, tidaklah heran jika saat ini masyarakat kita khususnya generasi muda sering kali mengabaikan pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai penghambat bahkan penghalanguntuk menuju kemakmuran finansial. Nasihat-nasihat orang2 tua dan bijak kita dahulu yang menyatakan bahwa kejarlah ilmu sampai kenegeri cina, belajarlah mulai dari buaian sampai liang lahat seolah sudah tidak ada relevansinya bahkan jauh dengan sistem pendidikan yang ada saat ini, dan macam-macam paradigma negatif lainnya tentang dunia pendidikan.
Hal ini terkonfirmasi lagi dengan bermunculannya beberapa anak Muda Indonesia yang dengan lantang dan viral menggaungkan hal serupa yang lagi-lagi menyasar kenegatifan dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi.
Sebagai seorang pendidik yang punya pengalaman lebih kurang 20 tahun terlibat dalam pengelolaan Pendidikan Tinggi, tentu cukup memahami mengenai seluk beluk Dunia Pendidikan, dan setiap pendidik pasti akan memberikan padangan serupa bahwa pendidikan memiliki nilai yang jauh lebih dalam daripada sekadar akumulasi kekayaan materi. Membandingkan pendidikan dengan kekayaan adalah seperti membandingkan apel dengan jeruk, keduanya memiliki nilai masing-masing yang tentu saja tidak bisa dibandingkan.
Bahwa esensi dari pendidikan itu bukan hanya tentang mengejar kekayaan finansial, tetapi lebih dari itu, ia merupakan proses pembentukan karakter, pembukaan wawasan, dan pemberian keterampilan yang tak ternilai harganya. Setiap pendidik sangatlah memahami bahwa pendidikan sebagai investasi dalam diri sendiri, yang berarti betapa pentingnya memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk membentuk masa depan yang lebih baik.
Untuk lebih yakin lagi bahwa membandingkan Pendidikan dengan Kekayaan financial adalah sesuatu yang tidak apple to apple, mungkin kita dapat lebih skeptis dengan mencari informasi mengenai biografi atau mencari tau bagaimana proses orang-orang yang diberitakan super sukses itu menuju kesuksesannya, dan mungkin untuk lebih ilmiah lagi dapat mencari data perbandingan populasi atau jumlah orang yang sukses melalui dunia pendidikan ada berapa dan yang tidak melalui dunia pendidikan ada berapa ??... Dengan demikian kita akan lebih objektif menilai sebuah informasi mengenai dunia Pendidikan.
Dan yang juga perlu digarisbawahi bahwa kekayaan finansial hanyalah salah satu indikator kesuksesan dalam hidup. Ada berbagai bentuk keberhasilan yang bisa dicapai melalui pendidikan, termasuk pengembangan diri yang holistik, kontribusi positif pada masyarakat, dan pencapaian dalam hal-hal tertentu yang tak bisa dinilai dengan Kekayaan Financial. Pendekatan ini pastimemperluas pandangan kita tentang arti kesuksesan dan memberi kita landasan yang lebih kokoh untuk menjadi manusia utuh yang Berpendidikan.rel