Akademisi USU Soal Kenaikan Harga BBM: Negara Seperti Berbisnis dengan Rakyatnya

Garda.id - Selasa, 13 September 2022 14:34 WIB
Akademisi USU Soal Kenaikan Harga BBM: Negara Seperti Berbisnis dengan Rakyatnya

Kelompok Studi Mahasiswa Mahardika Fisip USU menggelar diskusi publik, Selasa (13/9/2022)/ist

Medan  | garda.id 

Kelompok Studi Mahasiswa Mahardika Fisip USU menggelar diskusi publik, Selasa (13/9/2022). Dihelat di Aula Fisip USU, diskusi mengangkat tema kenaikan harga BBM, Kupas Tuntas Dampak Ekonomi Sosial. 

Diskusi dibuka langsung oleh Kepala Laboratorium Politik Fisip USU, Muhammad Ardian SSos MIP. 

"Tentu ini kita apresiasi karena akan semakin membuka wawasan kita terhadap hal keterkinian. Harapannya bisa memberi salahsatu solusi untuk negeri ini," kata Ardian.

Diskusi menghadirkan Narasumber Dosen Ilmu Politik Fisip USU Fuad Ginting SSos MIP, Dosen FIS UINSU Dr Faisal Riza MA, Sekretaris KNPI Sumut Muhammad Asril serta Ketua KSM Mahardika Yoelando Silalahi.

Faisal Riza memaparkan tentang konsep kebangsaan modern. Dimana semua kebutuhan rakyat telah disediakan oleh negara. 

"Kenaikan harga BBM ini kurang menarik untuk disinggung. Yang menarik untuk digarisbawahi adalah negara sudah tak mau lagi membantu rakyatnya karena subsidi dicabut," kata Faisal Riza.

Menurut Direktur Lembaga Riset dan Konsultasi, Political Literacy Desk (Polldesk) itu, kenaikan harga BBM menegaskan Indonesia adalah pasar yang empuk bagi perdagangan global.

"Indonesia, kalau masih mau disebut sebagai negara, sudah seperti pasar tradisional seperti Pasar Sukaramai itu. Siapa yang kuat dan tahan banting, dia yang mampu mengendalikan," ujar Faisal Riza.

Sementara itu Sekretaris KNPI Muhammad Asril menyindir Pertamina sebagai perusahaan yang memonopoli BBM di Indonesia.

"Merem saja Pertamina ini sudah bisa untung. Makanya Komisaris dan Direksinya tiap bulan dapat kompensasi dua sampai tiga miliar per bulan. Itu Ahok yang sekarang komisaris Pertamina kok diem-diem aja sekarang," kata Asril. 

Kompensasi yang didapat pejabat Pertamina itu berbading 360 derajat dengan kondisi rakyat kecil terdampak kenaikan harga BBM.

"Coba sehari kita keliling Medan ini aja dulu nengok perjuangan rakyat kecil berdagang kecil-kecilan," ujar Asril.

Narasumber lainnya, Fuad Ginting menilai kenaikan harga BBM bukan solusi tepat untuk kondisi negara saat ini.

"Baru mau pulih dari pandemi kok malah kebijakannya seperti ini. Jangan-jangan malah negara sedang berbisnis dengan rakyatnya," ujar Fuad.

Fuad mewanti-wanti kepada masyarakat khususnya mahasiswa agar memelototi kebijakan kenaikan harga BBM.

"Jangan jangan ada lobi-lobi kapital otomotif ke negara kita," kata Fuad.

Di bagian lain, Ketua Kelompok Studi Mahasiswa (KSM) Mahardika, Yoelando Silalahi mengajak mahasiswa terus melek terhadap perkembangan tanahair.

"Mari terus hidupkan rasa kepedulian. Peduli terhadap sesama dan bangsa ini. Perubahan ada di tangan pemuda dan mahasiswa. Jangan hanya kuliah dan pulang," kata Yoelando. rel

Peserta diskusi, Jhon Sibarani menilai kebijakan kenaikan harga BBM tidak tepat.

"Saya jadi berpikir bahwa ada indikasi ini untuk kepentingan politik ke depan," kata Jhon.

Editor
: Garda.id
Sumber
:

Berita Terkait

Daerah

Dukung Generasi Berkelanjutan, Maybank Indonesia Usung Tema ‘Literasi Hijau’ di Global CR Day 2025

Daerah

15 Tahun Menanti, Bobby Nasution Jawab Keluhan Warga Bahorok

Daerah

Fashion Show Para Penderita HIV/AIDS di Maria Monique Happy Room-105 Medan

Daerah

Panen Raya Jagung di Asahan, Polres dan Forkopimda Dorong Swasembada Pangan

Daerah

Pemprov Sumut Terus Dorong Optimalisasi PAD, UPTD Pematangsiantar Bisa Jadi Percontohan Sektor Pajak Kendaraan

Daerah

Sekdaprov Sumut Tinjau RSJ Prof Ildrem, Dorong Peningkatan Layanan dan Ubah Stigma Publik